Jumat, 06 Maret 2009

LETTER : Wasiat Untuk Ahli Warisku


Aku adalah ksatria miskin pengelana. Bukankah hidup ini adalah sebuah pengelanaan? Sebuah perjalanan? Ah, andai aku tahu akhir dari perjalanan ini. Andai aku tahu apa yang akan kutemui dalam perjalananku ini. Tapi aku takut, apakah aku bisa menjadi bijak, dengan hidupku, dengan perjalananku, bila aku tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan hidupku.
Pernah aku ditanya oleh seorang manusia yang aku cintai dan aku sayangi. Manusia itu adalah adikku. Andai hari ini adalah hari mencuri sedunia dan kita bisa mencuri apa saja, apakah yang ingin kau curi? Ketika itu secara bercanda kujawab, aku ingin mencuri hatimu. Ha...ha...betapa konyolnya aku, pikirku. Tapi rupanya pertanyaan itu terpikir lagi olehku.
Ya...andai kita bisa mencuri apa saja yang kita mau, apa yang ingin kucuri? Aku ingin mencuri rahasia hidupku, supaya aku tahu bagaimana nasibku, bagaimana hidupku, apa dan siapa sajakah jodohku, dan bagaimana aku mati. Tapi pikiran itu pun tidak memberiku kepuasan. Aku tidak tahu apakah aku bisa bijaksana dengan nasibku, dengan hidupku, bila aku tahu semua rahasia hidupku. Menurutku, orang – orang yang bisa tahu dan meramal nasib seseorang dan dirinya sendiri, itu mendapat anugerah sekaligus kutukan.
Aku ingin dalam perjalanan hidupku ini, aku mendapatkan apa yang aku inginkan, apa yang aku impikan. Tapi apakah yang aku inginkan? Apa yang aku impikan? Apakah yang aku inginkan dan aku impikan itu adalah apa yang aku butuhkan?
Kita, manusia, hanya tahu apa yang kita inginkan. Tapi Dia, Yang Maha Tahu, tahu apa yang manusia butuhkan. Masihkah kita diperbudak oleh apa – apa yang kita inginkan.? Aku ingat, manusia itu takkan pernah puas. Mungkin manusia bisa bersyukur, tapi benarkah dia puas dengan apa yang dia miliki?
Aku saat ini mungkin terlalu muda, terlalu dini, untuk memberi wasiat, memberi ajaran bagi kalian, ahli warisku. Aku tak peduli siapa sajakah kalian. Entah ibuku, bapakku, pamanku, bibiku atau mbahku. Entah anakku, cucuku, buyutku atau canggahku. Atau mungkin kalian adalah istriku, kawanku, saudaraku, kakakku, adikku, atau sepupuku. Aku tak peduli siapa kalian. Tapi aku ingin memberi sedikit wasiat dan ajaran untuk kalian, meski saat ini mungkin aku belum pantas untuk itu, karena aku masih terlampau muda dan kanak – kanak. Terlebih lagi aku masih terlalu kurang bijaksana untuk itu.
Aku adalah ksatria miskin pengelana. Tidak banyak yang bisa aku wariskan untuk ahli warisku. Mungkin aku bisa mewariskan sedikit ilmuku, tapi entah apakah kita bisa memiliki jodoh untuk saling belajar. Tapi dalam larik – larik huruf tak berarti ini, aku ingin sedikit mewariskan ilmu yang kumiliki, setidaknya ilmu yang kumiliki saat aku menuliskan larik – larik huruf tak berarti ini.
Apakah yang aku tahu dalam hidup? Untuk apakah aku hidup di dunia ini? Apakah yang aku alami dalam hidup ini adalah nyata? Apakah ketika aku merasa bahagia, rasa bahagia ini adalah rasa yang nyata aku alami? Apakah ketika aku merasa duka, rasa duka ini adalah rasa yang nyata aku alami? Apakah rasa sehat dan kuat ini nyata? Apakah rasa sakit dan lemah ini nyata?
Hidup adalah sebuah perjalanan. Dan raga, jasad, adalah kendaraan AKU untuk mengembara dalam perjalanan hidup. Layaknya sebuah perjalanan, yang tentunya memiliki tujuan, begitu pula dengan hidup. Dan layaknya sebuah perjalanan, yang mana kita akan turun dari kendaraan bila kita telah mencapai tujuan, begitu pula dengan hidup. AKU akan turun dari kendaraan jasad bila perjalanan hidup ini telah mencapai tujuannya.
Tapi apakah AKU itu? Apakah AKU itu sama dengan aku? Kata Kresna, AKU adalah pendukung raga. AKU itu adalah ruh. Ketika Arjuna bimbang saat akan berperang di Tegal Kurusetra, karena dia harus saling bunuh dengan saudara – saudaranya, dengan paman – pamannya, dengan kakek dan gurunya, Kresna meyakinkan bahwa yang akan saling bunuh itu adalah jasad. Dan jasad tidak ada artinya tanpa adanya AKU. AKU itu adalah pendukung raga.
Bagi mereka, kaum yang percaya dengan adanya reinkarnasi, jasad ini layaknya pakaian yang bisa diganti ketika telah rusak. Tapi aku lebih suka mengandaikan jasad ini sebagai kendaraan, dan kita hanya memiliki satu kendaraan untuk satu kali melakukan perjalanan hidup. Tapi aku sepakat dengan adanya AKU. Aku sepakat bahwa AKU adalah ruh, yang abadi, yang tidak dilahirkan dan tidak mati.
Maka apabila Adam telah kami sempurnakan kejadiannya dan Kami tiupkan ruh ciptaan-Ku, maka hendaklah kamu bersujud kepadanya. ( Q.S Shood : 72 ) Darimanakah asalnya AKU? AKU adalah ruh, yang ditiupkan oleh yang Tidak Dilahirkan dan Tidak Mati kedalam jasad. Oleh karena itu, ruh itu abadi. Ruh itu tidak dilahirkan dan tidak mati, tapi jasad dilahirkan dan mati.
Lalu mengapa jasad yang mati kita tangisi? Janganlah menangisi jasad yang telah ditinggalkan AKU. Jasad itu boleh mati, tapi AKU tidak pernah mati. AKU itu akan selalu hidup, tetapi ada di alam yang berbeda. Berhentilah untuk menagisi jasad.
Maka dari itu, cintailah AKU. Jangan hanya mencintai jasad. Jasad setiap manusia bisa berbeda – beda. Ada yang cantik, tampan, atau buruk. Ada yang kaya, ada pula yang miskin. Tapi AKU setiap manusia itu sama. Jangan hanya melihat kecantikan jasad, karena kecantikan jasad itu tidak abadi.
Menurutmu apakah hal yang paling nikmat itu? Apakah makanan yang mengenyangkan, minuman yang menyegarkan, atau mungkin persenggamaan. Menurutku bukanlah itu semua. Ada dua hal yang menurutku paling nikmat. Yang pertama sudah pernah kualami, meski mungkin aku sedikit lupa rasanya. Sedangkan yang kedua belum pernah kualami.
Kenikmatan yang pertama adalah ketika AKU ditiupkan kedalam gumpalan darah calon jasadku dan akhirnya aku keluar dari garba ibuku, lahir di dunia. Bayangkan, betapa nikmatnya bisa merasakan hidup di dunia, bisa merasakan perjalanan hidup. Dan bayangkan nikmatnya mendapat tanggungjawab untuk menjadi khalifah. Khalifah bagi diri kita sendiri, bagi orang lain dan bagi dunia. Oh...aku merasakan nikmat yang tiada tara diberi kesempatan oleh Yang Memberi Hidup untuk merasakan kebahagiaan dan kedukaan hidup di dunia.
Kenikmatan yang kedua adalah ketika Izrail datang menjalankan tugas untuk menjemput AKU, mencabut nyawaku. Bayangkan, betapa nikmatnya merasakan mati sementara beberapa orang putus asa ingin mati tetapi mereka tidak punya nyali untuk itu, karena mereka tahu betapa mati yang tidak diperkenankan-Nya itu dilaknat oleh-Nya. Dan bayangkan nikmatnya ketika tahu bahwa tugas dan tanggungjawab kita telah selesai. Oh...aku sekarang ini mencoba untuk membayangkan nikmatnya mati. Tapi tentu sebelum masa tugas dan tanggungjawabku selesai, aku ingin menjalankan tugas dan tanggungjawab itu sebaik – baiknya.
Nah, ahli warisku. Mungkin itulah sedikit hal yang bisa aku wasiatkan dan aku wariskan untuk kalian. Semoga larik – larik huruf tak berarti ini bisa bermanfaat untuk kalian. Sebaik – baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat. Dan cara termudah untuk mengamalkan ilmu adalah dengan mengajarkannya. Maka, ajarkan ilmu yang bermanfaat, meskipun hanya secuil selagi kalian memiliki kesempatan. Aku berharap jasadku bisa berjodoh dengan jasad kalian secara baik, sehingga kita bisa bertemu dalam suasana yang baik. Atau bila jasad kita tidak bisa saling bertemu, kuharap AKU-ku dan AKU kalian masih bisa berjodoh. Sampai jumpa.

Tidak ada komentar: