Sabtu, 28 Maret 2009

NEWS : KAMPANYE PKS DI SEMARANG Hidayat Nurwahid : PKS Konsentrasi Pemilu Legislatif

Ribuan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengikuti kampanye akbar di Lapangan Tri Lomba Juang Semarang, Sabtu (28/3), menghadirkan juru kampanye nasional Ketua Dewan Syuro DPP PKS RI Hidayat Nurwahid dan anggota DPR RI Zuber Syafawi.
Dalam orasi politiknya, Hidayat menegaskan, PKS partai yang bersih, meskipun sering diserang dengan fitnah. Dia mengajak kader dan simpatisan PKS untuk menyikapi fitnah tersebut dengan tidak membalas dengan fitnah.
Hidayat juga menegaskan masih terlalu dini membicarakan soal calon presiden saat ini. PKS masih berkonsentrasi untuk menghadapi pemilu legislatif. Nurwahid berharap masyarakat menentukan pilihan 9 April mendatang berdasarkan kualitas caleg, bukan karena popularitas calon presiden (Capres) yang diusung. Jangan sampai masyarakat terjebak pada Caleg yang hanya berlindung pada popularitas Capres.
“Pemilu 9 April untuk memilih calon anggota legislatif, bukan calon presiden. Jangan sampai masyarakat memilih partai atau Caleg berdasarkan Capres yang diusung. Pilihlah partai dengan caleg yang bersih dan berkualitas sehingga bisa menghasilkan undang-undang yang memihak pada rakyat,” katanya.
Hidayat menyerukan kepada masyarakat khususnya kader PKS untuk mendukung gerakan anti politikus busuk dan gerakan pemilih cerdas. Melalui gerakan tersebut diharapkan masyarakat akan memilih Caleg yang berkualitas.
“Bila nantinya ada anggota legislatif dari PKS korupsi, partai akan memberi hukuman sebelum dihukum oleh yang lain. Selama saya menjadi Presiden PKS, sudah dua anggota legislatif yang dipecat. Pemilu 2009 harus menghasilkan wakil rakyat bersih,” tegas Hidayat.
Menanggapi wacana koalisi jembatan emas dan segitiga emas, Hidayat mengatakan wacana tersebut tidak akan konkret sebelum ada hasil pemilu legislatif. Untuk itu dia mengajak semua pihak untuk menyukseskan pemilu legislatif. Jangan sampai isu DPT dan pengunduran jadwal Pemilu bisa mengagalkan pelaksanaan pemilu. Jika Pemilu gagal, wacana koalisi yang dibangun partai-partai tidak akan ada gunanya.
Ketua DPW PKS Jateng Arif Awaludin mengatakan PKS mentargetkan 20 persen suara pada Pemilu 9 April mendatang. Dari hasil survey yang dilakukan PKS, saat ini setidaknya PKS sudah memperoleh dukungan 15 persen. “Kami akan berupaya keras untuk memenuhi target DPP PKS Jateng harus meraih 20 persen suara,” tegas Arif Awaludin. Untuk itu PKS menampilkan kader terbaiknya di daftar Caleg.
Untuk Capres, Arif menargetkan Hidayat Nurwahid bisa maju dalam pencalonan presiden. Jika memang harus berkoalisis, DPW PKS Jateng mengharapkan Hidayat Nurwahid bisa dipasangkan dengan SBY. Ketokohan Hidayat Nurwahid menurut Arif sudah teruji di level nasional saat memimpin lembaga MPR.
“Sejumlah produk hukum berupa amandemen UUD 1945 berhasil dilakukan oleh MPR. Ini berkat kepemimpinan yang kuat dari Hidayat Nurwahid, mengingat beragamnya golongan, faksi dan kepentingan yang ada di MPR,” katanya.
Untuk menguatkan modal Hidayat Nurwahid sebagai kandidat Capres/Cawapres, PKS Jateng menargetkanHidayat menang telak dalam pemilu legislatif. Hidayat saat ini merupakan satu-satunya kandidat Capres/Cawapres yang berani bersaing dalam pemilu legislatif. Untuk itu PKS Jateng mentargetkan suara untuk Hidayat mencapai bilangan pembagi pemilih (BPP), sehingga yang bersangkutan mempunyai legitimasi kuat untuk bersaing dalam bursa Capres/Cawapres, karena memiliki dukungan massa yang riil.

Jumat, 27 Maret 2009

NEWS : GOLPUT DIPREDIKSI TINGGI Bila Pemilu Tidak Libur

Pengamat politik Undip Muhammad Yulianto MSi memprediksi, angka golput pada pemilu legislatif 9 April mendatang tetap akan tinggi bila pemerintah tidak menetapkan tanggal tersebut sebagai hari libur. Hal ini karena sebagian masyarakat, seperti di Kabupaten Semarang, Kudus dan sekitarnya, bekerja di sektor industri khususnya sebagai buruh pabrik.
Pemerintah, menurut Yulianto, hendaknya mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan hari pelaksanaan pemilu agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pesta demokrasi. Bila perlu, pemerintah mengeluarkan himbauan kepada pengusaha untuk meliburkan karyawannya, tapi tetap membayarkan gaji pada hari itu. Hal ini bisa menjadi upaya pemerintah untuk menekan angka golput, akibat sebagian masyarakat tetap memilih bekerja daripada datang ke TPS.
“Pemerintah hendaknya memfasilitasi masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam pesta demokrasi agar angka golput tidak tinggi,” kata Yulianto.
Sementara itu, menurut Yulianto, bila para caleg bekerja serius untuk menjaring suara dan mesin politik masing-masing caleg berjalan baik, angka golput dalam pemilu legislatif 2009 mendatang diprediksi akan turun. Sebaliknya bila para caleg tidak bekerja maksimal dalam berkampanye, angka golput tetap akan tinggi.
Menurut Yuliyanto, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak, menyebabkan sikap masyarakat untuk memilih dalam pemilu ditentukan oleh kinerja caleg, bukan kinerja mesin politik partai. Oleh karena itu, pelaksanaan kampanye terbuka yang dilakukan oleh parpol tidak akan efektif meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu.

Kesulitan Mencontreng
Menanggapi kesulitan sebagian masyarakat terhadap cara memilih yang baru, yaitu mencontreng, Yulianto menyatakan akan berimbas pada banyaknya surat suara yang rusak. Kesulitan itu dialami pemilih manula, pemilih buta aksara dan masyarakat daerah minim informasi yang mengira cara pemilihan masih sama dengan pemilu sebelumnya.
Oleh karena itu, Yulianto berharap KPU sebagai penyelenggara pemilu bisa memberi kelonggaran terhadap tanda memilih dalam surat suara. “Jangan karena bentuknya tidak contreng, silangnya misalnya, kemudian surat suara dianggap tidak sah,” kata Yulianto. Kesulitan masyarakat itulah, menurut Yulianto, mendorong para caleg dan parpol mensosialisasikan cara lain yang lebih mudah, seperti mencoblos, melingkari, menyilang atau sekedar mencoret.

Selasa, 24 Maret 2009

ADV : HERBAL BERKUALITAS

Menyediakan produk herbal berkualitas yang aman, insya allah tanpa efek samping dan halal. Produk herbal dari bahan-bahan yang disebutkan dalam quran dan hadist : habbatus saudaa' (jinten hitam), zaitun dan madu.

Hadist tentang habbatus saudaa' : ”Tidak ada suatu penyakit melainkan dalam Habbatus Saudaa’ ada kesembuhan padanya kecuali kematian” (HR. Muslim).
Hadist tentang minyak zaitun : ”Hendaklah kalian menggunakan minyak zaitun sebagai lauk dan buatlah ia sebagai minyak oles, karena ia berasal dari pohon yang diberkahi” (HR. Ibnu Majah).
Quran tentang madu : “ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An-Nahl ayat 69)

Informasi lebih lanjut klik http://www.herbal-berkualitas.blogspot.com

Senin, 23 Maret 2009

NEWS : KAMPANYE RAPAT UMUM SEPI Antusiasme Masyarakat Dan Politisi Kurang

Ketua Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) Drs Joko J Prihatmoko MSi, menilai kurang geregetnya kampanye terbuka yang sudah berjalan selama satu minggu ini, dengan indikasi sedikitnya massa yang menghadiri rapat-rapat umum, sebagai akibat kurangnya antusiasme masyarakat maupun para caleg dan politisi,. “Meskipun rapat umum menghadirkan politisi-politisi dari level nasional, rupanya tetap tidak menggerakkan masyarakat untuk menghadiri rapat umum,” kata Joko Prihatmoko.
Menurut Joko Prihatmoko, hal ini menunjukkan skeptisme masyarakat terhadap pemilu, akibat ketidakpercayaan masyarakat kepada para caleg dan parpol yang selama ini dinilai hanya memberikan janji-janji tanpa memberi banyak bukti. Dengan kondisi demikian, Joko Prihatmoko memprediksi tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu nanti juga tidak akan tinggi, ditandai dengan tingginya angka golput.
Joko Prihatmoko menambahkan, kurang antusiasnya masyarakat menghadiri rapat umum bisa juga karena faktor ekonomi. Menurutnya, sebagian masyarakat lebih memilih bekerja daripada mendatangi rapat umum, karena dengan bekerja mereka akan mendapatkan penghasilan sementara mendatangi rapat umum mereka tidak mendapat apa-apa. Kondisi ini juga dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu apabila hari pelaksanaan pemilu nanti tidak diliburkan oleh pemerintah, karena bisa jadi masyarakat lebih memilih bekerja daripada datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Di sisi lain, sepinya kampanye terbuka dengan rapat umum ini juga disebabkan kurang antusiasnya para caleg dalam masa kampanye terbuka ini. Menurut Joko Prihatmoko, para caleg memiliki persepsi bahwa rapat umum dinilai berbiaya besar dan kurang efektif menjaring suara dari masyarakat, serta tidak efektif untuk pendidikan politik. Para caleg lebih memilih kampanye tatap muka secara langsung menemui masyarakat, agar penyampaian visi dan misi lebih mengena dan pendidikan politik lebih tepat sasaran.
Joko Prihatmoko menambahkan, kurang antusiasnya para caleg dalam kampanye terbuka juga sebagai akibat penetapan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak. Para caleg lebih memilih berkampanye secara individual daripada rapat umum bersama parpol, karena dengan kampanye individual mereka akan lebih dikenal oleh masyarakat, sementara dengan rapat umum yang melibatkan banyak caleg, mereka harus bersaing dengan caleg-caleg yang lain.
Persaingan antar caleg dan pelaksanaan kampanye secara individual oleh para caleg, menurut Joko Prihatmoko, menyebabkan kampanye individual caleg tidak bersinergi dengan kampanye parpol, bahkan cenderung bertolak belakang, dan tidak sesuai dengan visi, misi, dan platform parpol. Selain itu, persaingan antar caleg saat ini juga sudah menjurus pada kampanye negatif antar caleg, bahkan antara caleg yang satu parpol.
Sementara itu, Joko Prihatmoko yang juga Dosen Ilmu Politik Unwahas memprediksi, Pemilu Legislatif 2009 di Jateng akan kembali dimenangkan partai berideologi nasionalis, karena masyarakat Jateng mayoritas lebih nasionalis daripada Jatim yang mayoritas lebih religius.
Kehadiran partai partai baru beridiologi nasionalis, seperti Gerindra dan Hanura, diprediksi berpotensi meraih suara cukup signifikan di Jawa Tengah, karena memiliki basis massa dan pendanaan yang kuat selama berlangsungnya kampanye.
“Fenomena ini harus diwaspadai partai-partai lama agar tidak kehilangan pamor pada pemilu legislatif saat ini,” kata Joko Prihatmoko
Menurut Joko Prihatmoko, munculnya Gerindra dan Hanura, ada kecenderungan dapat diterima masyarakat, karena dianggap sebagai partai alternatif, sebagai harapan baru agar terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat yang lebih baik. “Ini merupakan ancaman bagi partai-partai lama, yang di internalnya sarat dengan konflik,” tegas Joko.

Senin, 16 Maret 2009

NEWS : PEMILIH DI JATENG MASIH CAIR Waspadai Pemilih Pragmatis Transaksional

Pemilih di Jawa Tengah dinilai masih cair. Pemilih masih dibingungkan, terutama akibat dari banyaknya partai peserta Pemilu 2009. hal ini mendorong pemilih kembali untuk memilih partai lama yang sudah dikenal. Ketua Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Joko J Prihatmoko menyatakan hal itu di Semarang, Selasa (17/3).
Meskipun biasanya partai sudah memiliki basis massa, menurut Joko partai perlu mencermati adanya swing voter atau pemilih mengambang yang belum menetapkan pilihannya dan masih mungkin dibidik oleh beberapa partai. Pemilih kategori ini terutama berasal dari pemilih pemula yang jumlahnya cukup signifikan di Jateng.
Joko mengungkapkan perilaku memilih bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu memilih berdasarkan ideologi partai, kandidat yang diusung, dan program kerja atau platform partai. Oleh karena itu, untuk membidik para pemilih mengambang, partai-partai harus bisa mengerti perilaku pemilih yang dibidiknya.
Menanggapi tentang masih adanya politik uang, Joko mengatakan, hal itu tidak hanya dari faktor calegnya. Masyarakat di Jateng, khususnya di pantura bagian timur, dinilai bersikap pragmatis transaksional yang mementingkan keuntungan jangka pendek. Mereka beranggapan, pemilu adalah momen untuk meraih keuntungan dari uang yang dibagikan caleg.
“Selain untuk belanja iklan, sikap masyarakat yang pragmatis transaksional inilah yang menyebabkan biaya kampanye menjadi tinggi,” kata Joko.
Pemilih yang pragmatis ini, menurut Joko, tidak ditemukan di perkotaan seperti Semarang atau Solo. Pemilih di perkotaan umumnya lebih rasional sehingga mereka tidak bersikap pragmatis.

NEWS : PEMILU LEGISLATIF 2009 DI JATENG Diprediksi Dimenangkan Partai Nasionalis

Kehadiran partai nasionalis baru, seperti Gerindra dan Hanura, perlu diwaspadai oleh partai-partai lama karena berpotensi meraih suara cukup signifikan. Kedua partai ini dinilai memiliki basis massa dan modal yang kuat untuk kampanye sehingga diprediksi akan mampu menjaring suara yang signifikan. Demikian Dosen Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Joko J Prihatmoko MSi menyampaikan ketika dihubungi Selasa (17/3) di Semarang.
“Perpecahan PKB berpotensi meningkatkan suara partai-partai nasionalis, termasuk partai-partai baru. Suara sempalan dari PKB itu perlu dibidik untuk mendongkrak perolehan suara, apalagi Jateng adalah daerah dengan basis massa mayoritas nasionalis. Terbukti Pemilu 2004, di Jateng dimenangkan oleh PDIP dan Partai Golkar yang meraih 30% suara, berbeda dengan Jatim yang dimenangkan oleh PPP dan PKB,” kata Joko.
Menurut penelitian dan analisis itu, Joko mengatakan, Pemilu Legislatif 2009 di Jateng akan dimenangkan kembali oleh partai bercorak nasionalis. Kemenangan partai bercorak nasionalis, dikarenakan masyarakat Jateng lebih nasionalis dibandingkan Jatim yang lebih religius. Selain itu partai-partai religius di Jateng, seperti PPP dan PKNU, dinilai kurang fight berkampanye. Kampanye di Jateng lebih banyak didominasi oleh partai nasionalis.
Partai nasionalis memang dinilai lebih fight dalam berkampanye. Namun menurut pandangan Joko, akibat penetapan caleg terpilih berdasarkan suara terbanyak, kampanye antara parpol dengan caleg sering tidak bersinergi. Kampanye antara caleg dan partai seringkali bertolak belakang. Hal ini terjadi karena caleg berkampanye sendiri tanpa koordinasi dengan partai, berbeda dengan pemilu sebelumnya dimana kampanye dilakukan oleh partai bukan secara perorangan oleh caleg.
Dampak dari persaingan antar caleg ini, menurut Joko, mendorong terjadinya kampanye negatif bahkan antara caleg yang satu partai. Caleg dalam satu partai berlomba-lomba untuk meraih suara, karena caleg yang terpilih nantinya adalah caleg yang memiliki suara terbanyak. Oleh karena itu, meski partai sudah memiliki platform, visi dan misi, para caleg dalam berkampanye seringkali keluar dari platform partai untuk meraih simpati masyarakat di daerah tertentu.
Joko J Prihatmoko yang juga ketua Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Unwahas, menambahkan, fenomena yang menarik akibat dari persaingan antar caleg, adanya irrasionalisasi politik. Hal ini ditunjukkan dengan maraknya praktek perdukunan oleh para caleg. Bahkan praktek ini tidak jarang melibatkan ulama, tetapi ulama tidak ditempatkan sebagai sosok sepuh untuk mohon doa restu, namun caleg berharap berkah dari ulama tersebut. Dalam hal ini, Joko menilai, ulama ditempatkan sebagai dukun.
“Seharusnya kalau para caleg itu rasional, para caleg itu minta dukungan dari ulama agar pengikut-pengikutnya ikut mendukung. Biasanya ulama kan juga punya massa yang cukup banyak,” kata Joko.
Selain kampanye negatif dan irrasionalisasi politik oleh para caleg, menurut Joko, politik uang masih akan terjadi terutama di wilayah pantai utara (pantura) bagian timur. Hal ini karena masyarakat di wilayah itu cenderung pragmatis transaksional. “Masyarakat wilayah tersebut cenderung mementingkan keuntungan jangka pendek. Politik uang akan sering terjadi. Bukan dari politikus, tetapi masyarakatnya sendiri,”kata Joko.Berbeda dengan wilayah pantura bagian timur, wilayah pantura bagian barat dan wilyah selatan dinilai Joko lebih ideologis dan umumnya sudah terikat secara emosional dengan salah satu partai, baik nasionalis maupun religius.

Selasa, 10 Maret 2009

POEM : Pejuang Cinta?

Entah mengapa
‘ku rasa umur tak kan panjang
Kau bilang
aku bukan seorang pejuang cinta
‘Ku coba pahami
maksud dari ungkapan itu
Ada satu hal
yang lebih layak ‘tuk diperjuangkan
Tahukah kau
wahai sahabat
Hal itu adalah hidup
Karena cinta hanyalah bagian kecil dari hidup
Itulah yang ingin ‘ku perjuangkan
Bukan memperjuangkan hidup
untuk lari dari ajal
tapi berjuang untuk mendapat hidup
yang berarti
Hingga ketika Izrail datang
aku tak kan kecewa
telah diberi hidupoleh Yang Memberi Hidup

OPINION :Obama

Seorang anak kecil berlari dengan riang. Sekilas dia terdengar memanggil – manggil mamanya. ”O Mama,”. Sang mama pun dengan sigap menyambutnya, siap memeluknya. Tapi apa yang terjadi? Anak itu terus berlari melewati mamanya dan terus berteriak, O Mama..O Mama.. Anak itu pun kemudian ’ditangkap’ dan dipeluk seorang berkulit gelap, berambut cepak, dengan senyum yang menawan. Sekilas orang tersebut mirip dengan Presiden AS Barrack Obama. Rupanya si anak bukan memanggil mamanya, tapi Obama.
Berbeda lagi dengan cerita yang lain. Sekelompok orang sedang bermain golf. Kemudian seseorang bertanya, ”Katanya sering main golf sama presiden?”. Orang yang ditanya pun kemudian mengambil ponselnya dan menelepon ”Sang Presiden”. Lagi – lagi terlihat sosok yang sama. Obama.
Rupanya demam Obama masih melanda negeri kita. Sampai – sampai biro iklan kita menjadikan ’Obama’ sebagai bintang iklan. Memang bukan Obama yang sesungguhnya, tetapi seseorang yang kebetulan mirip dengan Obama. Orang itu adalah orang Indonesia yang wajahnya memang mirip Obama. Kalau tidak diperhatikan betul, pasti kita akan menyangka orang itu sebagai Obama.
Obama tidak hanya membintangi iklan komersil di layar televisi, tapi juga iklan politik. Seorang politikus yang mencalonkan diri sebagai presiden mengiklankan diri dan partainya dengan menampilkan Barrack Obama. Bukan Obama imitasi, tapi Obama betulan. Iklan itu mencuplik rekaman – rekaman video yang menampilkan Obama. Dikatakan di iklan itu, seorang anak yang pernah sekolah di Indonesia berhasil membawa perubahan dan menjadi presiden AS. Akhirnya, kita diajak melakukan perubahan dengan memilih partai yang beriklan itu.
Sebenarnya seberapa besar pengaruh Obama bagi Indonesia? Memang kita boleh berbangga, Obama pernah bersekolah di Indonesia. Kita boleh berbangga, pendidikan Indonesia berhasil mencetak seorang presiden di negara adidaya AS.
Tetapi berapa lama Obama bersekolah di Indonesia? Apa segala kecakapan dan kepandaian Obama adalah hasil pendidikan Indonesia? Menurut berita yang beredar di masyarakat, Obama pernah bersekolah di sebuah SD di Jakarta, tetapi itu pun tidak lama. Obama kecil hanya beberapa tahun saja bersekolah di Indonesia. Jadi tentu kita tidak bisa meng-klaim Obama berhasil jadi presiden karena sekolah di Indonesia, karena pendidikan Indonesi.
Rupanya begitulah mental orang kita. Secara semu membanggakan orang lain, yang cuma sekian tahun saja pernah tinggal bersama kita. Ungkapan yang sama sering terdengar seperti ini : ”Dia sukses, dulu kan dia waktu kuliah satu kos sama saya.” Atau begini : “Pengusaha sukses itu dulu waktu masih susah sering pinjam uang sama saya.”
Memang kita sering membanggakan orang lain yang sukses, hanya karena orang itu pernah, mungkin secara kebetulan, berinteraksi dengan kita. Apalagi bila kita merasa, walaupun kecil, pernah berjasa untuk orang itu. Seringkali kebanggaan itu sedemikian besarnya.
Memang Obama pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia. Dia juga sempat punya ayah tiri seorang Indonesia. Tetapi tentu keberhasilan Obama karena hasil kerja kerasnya sendiri. Padahal dia adalah seorang kulit hitam yang tinggal di Amerika, negeri yang menjunjung tinggi HAM, tetapi pernah memperbudak orang kulit hitam dan sampai sekarang kadang masih mendiskriminasi orang kulit hitam. Sebagai orang kulit hitam, Obama berhasil menunjukkan keunggulannya di mata orang kulit putih.
Sebagai warga dari negeri yang pernah ditinggali Obama, seharusnya kita terpacu dengan keberhasilan Obama. Di negeri yang masih mendiskriminasi ras-nya, Obama berhasil menjadi presiden. Kita seharusnya juga terpacu, di negeri kita sendiri kita harus berhasil. Kita harus sukses di negeri tumpah darah kita sendiri.
Tapi rupanya, di dunia politik, keberhasilan dinilai dengan jabatan. Para politikus berlomba – lomba mengejar jabatan. Dalam persaingan di dunia politik, semua bisa menjadi bias. Teman bisa jadi lawan. Lawan bisa jadi teman. Bahkan ikatan persaudaraan rusak karena politik. Semua mau menang sendiri.
Kalau di Amerika, Joe Bidden yang kalah dari Obama segera menyiapkan pidato politik menyatakan kekalahan dan dukungan kepada Obama, di Indonesia calon yang kalah segera menyiapkan gugatan kepada KPU, menuntut penghitungan suara ulang bahkan pemilihan ulang. Kalau di Amerika George W Bush, yang beseberangan politik dengan Obama menyambut Obama di Gedung Putih dan menyertai Obama meninjau Gedung Putih, di Indonesia calon presiden yang mencalonkan diri lagi (incumbent) kalah, segera angkat kaki dari Istana dan tidak bertegur sapa dengan presiden terpilih.Itulah bedanya bangsa kita dan Amerika. Konon kita orang timur yang kekeluargaan dan tepa selira. Konon bangsa Amerika adalah bangsa yang individualis, tapi mereka masih bisa berbesar hati menerima kekalahan. Mengapa kita tidak?

Sabtu, 07 Maret 2009

NEWS : Pelaku KDRT di Jerman, Diadukan Langsung Ditangkap

Di Jerman, bila kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) diadukan kepada kepolisian, maka polisi dapat langsung menangkap pelaku saat itu juga. Demikian aktivis perempuan dan konselor KDRT dari Jerman Petra Hafele, menyampaikan pada peserta “Diskusi Pemulihan Psikologi Bagi Perempuan Korban Kekerasan” yang diadakan Unika Soegijapranata Semarang bekerja sama dengan Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan HAM (LRC-KJHAM) di Gedung Mikael Unika Soegijapranata, Selasa (24/2).
Petra mengatakan, hukum di Jerman, terutama mengenai KDRT, mengatur secara tegas tindakan terhadap pelaku. Pelaku KDRT selain langsung ditangkap, juga dilarang kembali ke rumah dan menghubungi korban selama 10 hari. Hal ini sebagai bentuk perlindungan terhadap korban untuk menghindari kekerasan lanjutan. Selama proses hukum berjalan, korban akan didampingi konselor dan pengacara hingga keluar putusan dari pengadilan.
“Bila putusan dari pengadilan menyatakan terbukti terjadi tindak KDRT, maka pelaku tidak boleh menghubungi korban selama enam bulan”, tambah Petra.
Dalam diskusi tersebut mengemuka, permasalahan KDRT di Indonesia ada pada kurangnya perlindungan kepada korban. Hal ini menyebabkan masih enggannya korban KDRT melaporkan kasusnya, atau sudah dilaporkan kemudian dicabut kembali. Hal ini banyak dikeluhkan peserta diskusi yang rata-rata aktivis atau konselor KDRT. Di sisi lain, budaya patriarki yang masih dominan di Indonesia menyebabkan ketergantungan perempuan kepada laki-laki.
“Beberapa korban yang saya dampingi malah mencabut laporannya. Alasannya dia bingung, bila nanti suami ditangkap polisi atau mereka bercerai, bagaimana nanti menghidupi diri dan anak-anaknya”, ungkap salah satu peserta. Permasalahan itu tidak terjadi di Jerman. Petra menyatakan, pemerintah Jerman memberikan semacam jaminan sosial kepada korban KDRT, sehingga korban benar-benar bisa lepas dari pelaku.
Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Lita Widyo Hastuti, yang juga bertindak sebagai pembicara mengatakan, agaknya permasalahan ekonomi memang masih menghambat penyelesaian kasus KDRT di Indonesia. Korban merasa tergantung secara ekonomi oleh pelaku. Karena ketergantungan dan kekerasan yang terjadi terus menerus, kekerasan menjadi hal yang biasa bagi korban.
“Selain itu, selama ini kasus KDRT ibarat ‘kejahatan dibalik pintu’. Jadi masyarakat beranggapan, KDRT merupakan masalah keluarga yang sebaiknya diselesaikan oleh pasangan suami istri itu sendiri”, kata Lita.
Hal itu merupakan permasalahan budaya di Indonesia. Untuk merubah suatu hal yang sudah membudaya tentu tidak mudah. “Di Jerman, kasus KDRT baru diatur lebih ketat pada 2001, dan awalnya juga tidak mudah. Tetapi setelah berjalan delapan tahun saat ini, hokum itu sudah berjalan dengan baik. Yang penting adalah memberikan kesadaran kepada kaum perempuan tentang hak-hak mereka”, tutup Petra.

POEM : Dua Hati

(D)
Jika gerimis turun dan purnama bersinar
Aku akan berdiri disini dan menikmati semua sendiri
Tapi jika kau ada disini, disampingku, tentu aku tak kan merasa sepi
Aku merindukan perasaan itu

(G)
Aku akan datang ketika waktu itu tiba
Akan sangat bahagia bila kita menikmati semua itu berdua
Kebersamaan kita tak ternilai harganya
Namun, terkadang jarak dan waktu menjadi musuh kita…

(D)
Akan kukalahkan semua musuh itu, jika kau memang menghendaki
Akan kuhancurkan semua yang menghalangi kita untuk bersama

(G)
Ya, aku memang menghendakinya, tapi aku harap kau tak berjuang sendiri…
Aku akan ikut serta berjuang bersamamu
Bukankah akan lebih baik begitu?

(D)
Tapi aku hanyalah ksatria miskin pengelana, Sayangku
Akankah kau bersedia bersamaku, berjuang memperjuangkan kebersamaan kita?
Aku bukanlah pangeran berkuda putih seperti yang mungkin kau damba – dambakan selama ini
Tapi dalam pengelanaanku ini aku bertekad untuk mendapatkan
kerajaanku sendiri dan kujadikan kau permaisuri


(G)
Kau memang bukan pangeran impianku tapi kau telah membuat hidupku
penuh arti dan keindahan yang tiada tara
Jadi bukanlah suatu kesalahan jika kau bukan pangeran impianku
Aku akan tetap berjuang bersamamu karena bersamamu merupakan
puncak kebahagiaan yang ingin kuraih

(D)
Benarkah itu, Permaisuriku?
Dalam pengelanaan ini telah kutemui perempuan – perempuan
yang telah membuatku kecewa
Seorang lelaki bisa menjadi besar karena perempuan, tapi karena perempuan pula seorang lelaki bisa terjatuh
Begitu besar pengaruh perempuan terhadap lelaki
Aku percaya itu
Dan aku melihat bahwa kau akan membawaku ke dalam kejayaan
Akankah kau bersedia bersamaku, dalam kejayaan maupun kejatuhan?
Tapi tak kan kubiarkan kita berdua jatuh
Aku akan selalu menjagamu, meski harus mengorbankan jiwaku

(G)
Apa yang harus kulakukan agar kau percaya padaku?
Raihlah tanganku sandarlah di pangkuanku
Dan juga pejamkanlah matamu
Biarkan aku membagi mimpiku, bergabunglah dengan dunia impianku
Aku pun berharap kau membagi mimpimu dan mengijinkanku untuk bergabung
Mimpi kita akan menjadi dunia kita dimana semua bisa terjadi
Asal kita membuatnya nyata
Tinggalkan kekhawatiranmu karena disini peraturan tak pernah ada
Hanya kau dan aku selamanya

(D)
Aku percaya padamu, Gadisku
Dan kau pun tak perlu membuktikan apa – apa padaku
Akan kita jalani hidup ini berbekal mimpi dan impian kita berdua
Akan kita raih mimpi dan impian itu bersama

(G)
Tapi manusia tidak ada yang sempurna
Jika suatu hari aku mengecewakanmu, aku mohon jangan menjauh dariku
Jangan lepaskan genggamanmu, tetaplah berada di pelukanku
Dekaplah tubuh ini erat – erat
Dan aku akan terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik untukmu dan untukku

(D)
Tak akan aku menjauh, apalagi meninggalkanmu, Manisku
Aku selalu berharap kita bisa bersama
Saling menggenggam dan berpelukan
Aku juga berharap kau tak kan meninggalkan ksatria miskin pengelana ini
Meskipun aku kalah dalam peperangan, aku memimpikan kau selalu menungguku
Karena hanya hal itulah yang membuatku untuk tetap mempertahankan nyawaku

STORY : Cinta dan Kebahagiaan

Mentari mulai terbenam, senja pun mulai naik. Tapi aku masih saja terdiam di tempat ini. Duduk di atas gundukan tanah yang mulai mengering ini. Kulihat purnama mulai memperlihatkan keindahannya.
“ Ningsih…,” nama itulah yang selalu kuingat dan kusimpan di dalam hatiku yang selalu hidup. Karena dialah aku seperti ini sekarang. Karena dialah aku memilih jalan ini. Dan karena perasaan rinduku kepadanya, saat ini aku lari dari tempat terkutuk itu.
Purnama mulai tinggi, pelan tapi pasti aku meninggalkan tempat ini. Aku harus menemui Ningsih. Rasa rindu ini sudah tak tertahankan. Aku tahu dimana dia berada saat ini.

***********************

Seperti biasa, dia ada di beranda rumah saat ini. Menikmati indahnya purnama dan bintang – bintang. Aku pernah berselisih dengannya, tentang mana yang lebih indah antara purnama dan bintang – bintang. Aku lebih memilih purnama, sedangkan dia lebih memilih bintang.
” Bintang memiliki cahayanya sendiri, sedangkan purnama hanyalah memantulkan cahaya matahari,” katanya ketika itu.
” Tapi alangkah bijaksananya purnama. Meskipun tidak memancarkan cahaya sendiri, ia mau membagikan cahaya matahari yang didapatnya kepada bumi. Maka ialah pelita di malam hari,” bantahku.
Ah, itu semua adalah masa lalu. Masa – masa indahku bersama Ningsih, perempuan yang kucintai. Perempuan yang kucintai dan takkan pernah kumiliki, karena kutahu ada laki – laki lain di hatinya yang dia cintai. Tapi aku tak pernah menyesal mencintainya. Bagiku, cinta bukanlah tentang apa yang kita miliki, tetapi tentang apa yang kita lakukan.
Ya, demi seseorang yang kucintai aku rela melakukan apa saja. Apa saja untuk membuatnya bahagia. Meskipun itu harus mengorbankan kebahagiaanku, mengorbankan hidupku. Mungkin aku adalah seorang yang bodoh, tetapi Ningsih telah membuatku yakin bahwa aku bukan orang bodoh. Mencintainya bukanlah suatu kebodohan, tetapi suatu anugerah karena tidak pernah kutemukan perempuan seperti Ningsih.
Aku tahu Ningsih mencintai orang lain. Aku senang dia percaya padaku. Meskipun tahu aku mencintainya, tetapi dia mau bercerita kepadaku. Dia mencintai seorang laki – laki, dan laki – laki itu pun mencintainya. Krisna nama laki – laki itu. Tetapi sayang hubungan mereka tidak direstui oleh orang tua Ningsih. Berbagai cara telah dicoba untuk meyakinkan orang tuanya. Tetapi rupanya mereka bersikeras, Ningsih tidak boleh berhubungan dengan Krisna.
Akhirnya Ningsih mengalah, dia mau mengikuti orang tuanya. Tetapi dia meminta waktu untuk menyelesaikan semua hal itu dengan Krisna. Begitu pun dengan Krisna, dia cukup tahu diri. Tidak akan dia memaksakan, bila memang hubungan mereka tidak direstui oleh orang tua Ningsih.
Tetapi rupanya tidak mudah menyelesaikan semua permasalahan ini. Aku tahu begitu dalam rasa cinta Ningsih pada Krisna, begitu pula perasaan Krisna pada Ningsih. Terkadang aku merasa sedih melihat mereka, terutama kepada Ningsih. Pernah dia menangis di depanku karena begitu keras orang tuanya sampai – sampai mereka begitu membenci Krisna.
Ah, itu semua adalah masa lalu. Masa – masa duka bagi Ningsih. Tetapi aku bahagia sekarang, karena telah datang masa – masa bahagia baginya. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku juga.
” Ada di sini kau ternyata,” Krisna datang menghampiri Ningsih,” Apa yang sedang kau lakukan, Bintangku?”
” Malam ini purnama, dan aku tahu Putra sangat mengagumi keindahan purnama,” kata Ningsih,”Entah mengapa aku merasa bahwa dia akan datang malam ini.”
” Mengapa berkata seperti itu? Kau tahu itu takkan mungkin, dia...”
” Aku tahu!” potong Ningsih,” Aku hanya tidak tahu apakah aku harus merasa sedih atau bahagia saat ini,”
” Putra orang yang baik. Aku pun merasa kasihan padanya,” kata Krisna
” Jangan kasihan padanya, Putra tidak suka dikasihani. Dia yakin bahwa apa yang terjadi padanya adalah jalan yang harus dia tempuh.”
Aku tersenyum mendengar kata – kata Ningsih.
” Hai, ruh yang sesat!” kudengar suara di belakangku. Aku pun menoleh. Sial! Kulihat dua malaikat iblis datang menghampiriku. Rupanya mereka berhasil melacakku sampai di sini.
” Di sini rupanya kau. Kami berhasil melacakmu sampai ke kuburmu, dan rupanya kau berada disini,” kata salah satu dari malaikat iblis itu.
” Ya, aku ada di sini. Sekedar berjalan – jalan saja,” kataku sambil tersenyum sinis.
” Jangan membual! Kami tahu kau melarikan diri dari pekerjaanmu di tempat tuan kami.”
” Ha...ha...,aku memang melarikan diri sebentar dari tempat terkutuk itu.”
”Sekarang kau harus kembali bersama kami. Sudah cukup kau menyusahkan kami.”
Aku hanya terdiam. Kulihat lagi ke arah Ningsih dan Krisna. Ya, aku memang sudah mati. Tapi aku mati dengan bahagia, karena setelah kematianku, orang tua Ningsih akhirnya merestui hubungan mereka.
” Bila kau dengar kabar kematianku, tolong sampaikan pada ahli warisku, janganlah menyesali kematianku dan jangan menyalahkan siapa – siapa tentang kematianku. Bila aku mati karena sakit, jangan salahkan dokter yang merawatku. Bila aku mati karena kecelakaan, jangan salahkan orang yang mencelakakanku. Bila aku mati karena perang, jangan salahkan orang yang memerangiku. Bila aku mati terbunuh, jangan salahkan orang yang membunuhku. Aku mati karena itu adalah akhir dari jalan hidupku,” begitu aku pernah berpesan pada Ningsih. Aku memang selalu berpikir bahwa aku akan mati muda, dan aku tidak menyesal.
” Putra pernah berpesan padaku, untuk disampaikan pada ahli warisnya, bahwa jangan ada yang menyesali kematiannya. Aku pun merasa sebagai ahli warisnya dan aku tak kan menyesal,” kata Ningsih.
” Putra selalu berharap atas kebahagiaanku, begitu katanya. Dan aku bahagia, karena akhirnya orang tuaku merestui hubungan kita,” kata Ningsih,”Aku akan selalu mengingatnya, dan kuharap di kehidupan yang kekal kelak aku bisa bertemu lagi dengannya,”
Aku menunduk mendengar kata – kata Ningsih. Sayang sekali, Ningsih. Mungkin apa yang kau harapkan itu tak kan terjadi. Kau bahagia di dunia, dan aku yakin kau akan bahagia pula di kehidupan yang kekal kelak. Aku yakin kau akan berada di tempat yang layak. Entah di surga atau di neraka, tetapi itu adalah milik Tuhan. Tetapi aku hanya akan berada di neraka milik iblis, menjadi budak iblis.
” Apa yang kau harap dengan datang ke tempat ini. Menemui perempuan yang kau cintai, tetapi tidak mencintaimu. Kau ini benar – benar bodoh. Baik hidup maupun mati, kau tetap saja bodoh,” cela malaikat iblis.
” Mencintai Ningsih bukanlah suatu kebodohan. Apa pun yang telah kulakukan tidak akan kusesali. Satu – satunya kebodohanku adalah percaya pada tuanmu, iblis yang terkutuk,” balasku.
” Kau sendiri yang meminta untuk menukar jiwa dan nyawamu dengan keikhlasan orang tua Ningsih dan kebahagiaan Ningsih. Mengapa kau sekarang mencerca tuan kami?”
” Aku memang bodoh, tapi aku tidak tolol. Kau pikir aku tidak tahu, iblis tidak punya kemampuan untuk membuat seseorang bahagia, iblis hanya bisa menyesatkan seseorang. Aku tahu dan yakin kebahagiaan Ningsih adalah pemberian dari Tuhan, Dia Yang Maha Pemberi.”
” Ha...ha... tapi itu semua sudah terlanjur. Jiwamu milik tuan kami sekarang, kau harus tinggal bersama kami di neraka iblis dan menjadi budak tuan kami. Ha...ha...”
Ya, malaikat iblis itu benar. Semua sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Aku sudah tidak bisa merubah semua itu. Sekarang aku harus kembali ke neraka iblis dan kembali menjadi budak iblis. Tetapi aku tetap bahagia. Karena aku tahu,perempuan yang kucintai akan hidup bahagia. Selamat tinggal, Ningsih. Nikmatilah kebahagiaanmu...

NEWS : Penuaan Dapat dicegah dan Diobati

Penuaan merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Pakar herbal dan anti-aging dari Universitas Kristen Maranatha Bandung, dr. Hiskia S MBA MM menyatakan hal itu di depan peserta seminar ilmiah yang diadakan PT Nyonya Meneer di Gedung Serba Guna PT Nyonya Meneer Jumat (13/2).
Hiskia memaparkan makalahnya yang berjudul “Peluang Herbal dalam Anti Aging Medicine”. Dalam makalahnya, manusia mengalami penuaan pada usia 35-40 tahun. Hal ini meyebabkan berkurangnya fungsi organ-organ vital tubuh dan mendorong timbulnya berbagai penyakit. Salah satu cara menghambat dan mengobati penuaan adalah dengan mengkonsumsi suplemen dan obat-obatan herbal atau jamu.
“Usia 35 tahun keatas, kita harus sudah mengkonsumsi jamu. Hal ini untuk menghambat penuaan”, kata Hiskia.
Menurut Hiskia, pengobatan anti penuaaan atau anti-aging medicine mulai melirik jamu atau obat herbal sebagai alternatif obat-obatan kimia. Tubuh manusia sudah banyak menerima bahan kimia akibat polusi udara dan pola hidup sehari-hari yang tidak sehat.
Presiden Direktur PT Nyonya Meneer Dr Charles Saerang mengungkapkan tingginya permintaan produk temulawak dan sambiroto di Taiwan dan Amerika. Masyarakat di dua negara itu nampaknya mulai beralih ke pola hidup sehat dengan mengkonsumsi produk jamu.
“Jamu Indonesia laris di luar negeri. Tingginya tingkat polusi di negara maju menyadarkan masyarakatnya untuk mulai mengkonsumsi jamu”, kata Charles.
PT Nyonya Meneer memproduksi beberapa macam jamu ekstrak yang dikemas dalam kapsul. Anehnya, menurut Charles, masyarakat di Amerika justru lebih suka membuang kapsul dan melarutkan jamunya dengan air.
“Salah satu pesaing Indonesia dalam industri jamu adalah Thailand. Thailand juga memproduksi jamu temulawak. Padahal temulawak itu tanaman asli Indonesia”, kata Charles.
Karena itu, Charles berharap pemerintah dapat mendukung perkembangan industri jamu di Indonesia. Salah satunya adalah dengan cara menetapkan Indonesia sebagai produsen lima tanaman obat utama, yaitu temulawak, sambiroto, jahe, kencur dan pegagan.
Dalam dunia pengobatan, penggunaan jamu atau obat herbal memang belum dilakukan secara luas. Wakil Rektor Universitas Maranatha Dr dr Felix Kasim MKes menyatakan untuk dapat diterima pihak medis, obat herbal perlu melewati beberapa tahapan protokol seperti uji pra klinis dan uji klinis.“Sayangnya, untuk melakukan pengujian terhadap satu produk saja diperlukan biaya besar dan waktu tahunan”, kata Charles Saerang.

POEM : Bersamamu


Aku duduk dinaungi bintang – bintang,
Mencoba memahami hidup yang diberikan kepadaku.
Seperti prajurit mati di medan perang,
Seperti ksatria gugur di medan laga,
Aku pun ingin mati untuk apa yang aku perjuangkan.

Tapi aku ingin tetap hidup,
Bersama orang yang aku cintai.
Itu adalah kau, Sayangku.
Hidup bersama dan menjadi tua,
Hingga kita bosan akan hidup dan dunia yang semakin renta.

Aku ingin terus ada di sisimu, Sayangku.
Menjalani hari – hari seindah purnama.
Membaca dan memahami makna di alam fana ini.
Bersamamu...
’Kan kuarungi hariku yang tak akan pernah sepi.

Aku ingin kau terus ada di sisiku, Sayangku.
Bagaikan sang bayu yang meniup sang mega.
Saling mendukung tanpa pernah berhenti.
Bersamamu...
Memberiku semangat di kala ’ku jatuh.

Sekalipun menurut Gie,
Nasib yang terbaik adalah tidak pernah dilahirkan.
Tetapi bagiku,
Dilahirkan dan hidup adalah sebuah kesempatan.
Kesempatan untuk menjadi berharga bagi dunia,
Bahkan kesempatan untuk merubah dunia.
Tetapi yang terpenting,
Adalah kesempatan untuk mengenal dirimu dan dekat denganmu

Sayangku...
Andai saja aku diberi umur panjang,
’kan kupersembahkan semua yang bisa kuberikan untukmu.
Tidak hanya kata – kata manis dan cumbuan,
Tetapi apapun yang kau minta.

Sayangku...
Andai saja aku berumur pendek dan mati muda,
Aku tak akan menyesal.
Karena selama hidupku inilah,
Aku telah mengenalmu.

Mengenalmu dan mencintaimu,
Adalah anugerah yang berharga bagiku.

Jumat, 06 Maret 2009

LETTER : Wasiat Untuk Ahli Warisku


Aku adalah ksatria miskin pengelana. Bukankah hidup ini adalah sebuah pengelanaan? Sebuah perjalanan? Ah, andai aku tahu akhir dari perjalanan ini. Andai aku tahu apa yang akan kutemui dalam perjalananku ini. Tapi aku takut, apakah aku bisa menjadi bijak, dengan hidupku, dengan perjalananku, bila aku tahu apa yang akan terjadi dalam perjalanan hidupku.
Pernah aku ditanya oleh seorang manusia yang aku cintai dan aku sayangi. Manusia itu adalah adikku. Andai hari ini adalah hari mencuri sedunia dan kita bisa mencuri apa saja, apakah yang ingin kau curi? Ketika itu secara bercanda kujawab, aku ingin mencuri hatimu. Ha...ha...betapa konyolnya aku, pikirku. Tapi rupanya pertanyaan itu terpikir lagi olehku.
Ya...andai kita bisa mencuri apa saja yang kita mau, apa yang ingin kucuri? Aku ingin mencuri rahasia hidupku, supaya aku tahu bagaimana nasibku, bagaimana hidupku, apa dan siapa sajakah jodohku, dan bagaimana aku mati. Tapi pikiran itu pun tidak memberiku kepuasan. Aku tidak tahu apakah aku bisa bijaksana dengan nasibku, dengan hidupku, bila aku tahu semua rahasia hidupku. Menurutku, orang – orang yang bisa tahu dan meramal nasib seseorang dan dirinya sendiri, itu mendapat anugerah sekaligus kutukan.
Aku ingin dalam perjalanan hidupku ini, aku mendapatkan apa yang aku inginkan, apa yang aku impikan. Tapi apakah yang aku inginkan? Apa yang aku impikan? Apakah yang aku inginkan dan aku impikan itu adalah apa yang aku butuhkan?
Kita, manusia, hanya tahu apa yang kita inginkan. Tapi Dia, Yang Maha Tahu, tahu apa yang manusia butuhkan. Masihkah kita diperbudak oleh apa – apa yang kita inginkan.? Aku ingat, manusia itu takkan pernah puas. Mungkin manusia bisa bersyukur, tapi benarkah dia puas dengan apa yang dia miliki?
Aku saat ini mungkin terlalu muda, terlalu dini, untuk memberi wasiat, memberi ajaran bagi kalian, ahli warisku. Aku tak peduli siapa sajakah kalian. Entah ibuku, bapakku, pamanku, bibiku atau mbahku. Entah anakku, cucuku, buyutku atau canggahku. Atau mungkin kalian adalah istriku, kawanku, saudaraku, kakakku, adikku, atau sepupuku. Aku tak peduli siapa kalian. Tapi aku ingin memberi sedikit wasiat dan ajaran untuk kalian, meski saat ini mungkin aku belum pantas untuk itu, karena aku masih terlampau muda dan kanak – kanak. Terlebih lagi aku masih terlalu kurang bijaksana untuk itu.
Aku adalah ksatria miskin pengelana. Tidak banyak yang bisa aku wariskan untuk ahli warisku. Mungkin aku bisa mewariskan sedikit ilmuku, tapi entah apakah kita bisa memiliki jodoh untuk saling belajar. Tapi dalam larik – larik huruf tak berarti ini, aku ingin sedikit mewariskan ilmu yang kumiliki, setidaknya ilmu yang kumiliki saat aku menuliskan larik – larik huruf tak berarti ini.
Apakah yang aku tahu dalam hidup? Untuk apakah aku hidup di dunia ini? Apakah yang aku alami dalam hidup ini adalah nyata? Apakah ketika aku merasa bahagia, rasa bahagia ini adalah rasa yang nyata aku alami? Apakah ketika aku merasa duka, rasa duka ini adalah rasa yang nyata aku alami? Apakah rasa sehat dan kuat ini nyata? Apakah rasa sakit dan lemah ini nyata?
Hidup adalah sebuah perjalanan. Dan raga, jasad, adalah kendaraan AKU untuk mengembara dalam perjalanan hidup. Layaknya sebuah perjalanan, yang tentunya memiliki tujuan, begitu pula dengan hidup. Dan layaknya sebuah perjalanan, yang mana kita akan turun dari kendaraan bila kita telah mencapai tujuan, begitu pula dengan hidup. AKU akan turun dari kendaraan jasad bila perjalanan hidup ini telah mencapai tujuannya.
Tapi apakah AKU itu? Apakah AKU itu sama dengan aku? Kata Kresna, AKU adalah pendukung raga. AKU itu adalah ruh. Ketika Arjuna bimbang saat akan berperang di Tegal Kurusetra, karena dia harus saling bunuh dengan saudara – saudaranya, dengan paman – pamannya, dengan kakek dan gurunya, Kresna meyakinkan bahwa yang akan saling bunuh itu adalah jasad. Dan jasad tidak ada artinya tanpa adanya AKU. AKU itu adalah pendukung raga.
Bagi mereka, kaum yang percaya dengan adanya reinkarnasi, jasad ini layaknya pakaian yang bisa diganti ketika telah rusak. Tapi aku lebih suka mengandaikan jasad ini sebagai kendaraan, dan kita hanya memiliki satu kendaraan untuk satu kali melakukan perjalanan hidup. Tapi aku sepakat dengan adanya AKU. Aku sepakat bahwa AKU adalah ruh, yang abadi, yang tidak dilahirkan dan tidak mati.
Maka apabila Adam telah kami sempurnakan kejadiannya dan Kami tiupkan ruh ciptaan-Ku, maka hendaklah kamu bersujud kepadanya. ( Q.S Shood : 72 ) Darimanakah asalnya AKU? AKU adalah ruh, yang ditiupkan oleh yang Tidak Dilahirkan dan Tidak Mati kedalam jasad. Oleh karena itu, ruh itu abadi. Ruh itu tidak dilahirkan dan tidak mati, tapi jasad dilahirkan dan mati.
Lalu mengapa jasad yang mati kita tangisi? Janganlah menangisi jasad yang telah ditinggalkan AKU. Jasad itu boleh mati, tapi AKU tidak pernah mati. AKU itu akan selalu hidup, tetapi ada di alam yang berbeda. Berhentilah untuk menagisi jasad.
Maka dari itu, cintailah AKU. Jangan hanya mencintai jasad. Jasad setiap manusia bisa berbeda – beda. Ada yang cantik, tampan, atau buruk. Ada yang kaya, ada pula yang miskin. Tapi AKU setiap manusia itu sama. Jangan hanya melihat kecantikan jasad, karena kecantikan jasad itu tidak abadi.
Menurutmu apakah hal yang paling nikmat itu? Apakah makanan yang mengenyangkan, minuman yang menyegarkan, atau mungkin persenggamaan. Menurutku bukanlah itu semua. Ada dua hal yang menurutku paling nikmat. Yang pertama sudah pernah kualami, meski mungkin aku sedikit lupa rasanya. Sedangkan yang kedua belum pernah kualami.
Kenikmatan yang pertama adalah ketika AKU ditiupkan kedalam gumpalan darah calon jasadku dan akhirnya aku keluar dari garba ibuku, lahir di dunia. Bayangkan, betapa nikmatnya bisa merasakan hidup di dunia, bisa merasakan perjalanan hidup. Dan bayangkan nikmatnya mendapat tanggungjawab untuk menjadi khalifah. Khalifah bagi diri kita sendiri, bagi orang lain dan bagi dunia. Oh...aku merasakan nikmat yang tiada tara diberi kesempatan oleh Yang Memberi Hidup untuk merasakan kebahagiaan dan kedukaan hidup di dunia.
Kenikmatan yang kedua adalah ketika Izrail datang menjalankan tugas untuk menjemput AKU, mencabut nyawaku. Bayangkan, betapa nikmatnya merasakan mati sementara beberapa orang putus asa ingin mati tetapi mereka tidak punya nyali untuk itu, karena mereka tahu betapa mati yang tidak diperkenankan-Nya itu dilaknat oleh-Nya. Dan bayangkan nikmatnya ketika tahu bahwa tugas dan tanggungjawab kita telah selesai. Oh...aku sekarang ini mencoba untuk membayangkan nikmatnya mati. Tapi tentu sebelum masa tugas dan tanggungjawabku selesai, aku ingin menjalankan tugas dan tanggungjawab itu sebaik – baiknya.
Nah, ahli warisku. Mungkin itulah sedikit hal yang bisa aku wasiatkan dan aku wariskan untuk kalian. Semoga larik – larik huruf tak berarti ini bisa bermanfaat untuk kalian. Sebaik – baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat. Dan cara termudah untuk mengamalkan ilmu adalah dengan mengajarkannya. Maka, ajarkan ilmu yang bermanfaat, meskipun hanya secuil selagi kalian memiliki kesempatan. Aku berharap jasadku bisa berjodoh dengan jasad kalian secara baik, sehingga kita bisa bertemu dalam suasana yang baik. Atau bila jasad kita tidak bisa saling bertemu, kuharap AKU-ku dan AKU kalian masih bisa berjodoh. Sampai jumpa.

STORY : Kisah Seorang (Aktivis) Mahasiswa


Aku dilahirkan pada bulan Desember 1985, pada masa kejayaan rezim Orde Baru. Di kota Solo, kuhabiskan masa kecilku hingga umur lima tahun. Menjelang aku bersekolah, keluargaku pindah ke kota Semarang. Di kota Semarang inilah kujalani masa – masa sekolahku, mulai dari Taman Kanak – Kanak hingga SMU.
Ketika duduk di kelas III SMU, di jurusan sosial, aku mulai suka membaca buku. Aku suka membaca buku - buku sosial , politik, filsafat, maupun sastra, tapi aku kurang tertarik dengan bidang ekonomi. Yah, kurasa aku memang takkan menjadi seorang ekonom. Dari buku – buku yang kubaca itulah pandanganku mulai berubah, terutama tentang politik dan ideologi. Bagiku politik adalah suatu hal yang kotor dan busuk. Kawan bisa menjadi lawan, dan lawan bisa menjadi kawan. Hal itu dilakukan hanya untuk melanggengkan kedudukan, dan kedudukan adalah alat untuk memperkaya diri sendiri.
Menjelang aku lulus SMU, aku mengalami kejadian yang juga merubah pandanganku. Sekolahku ketika itu berada persis di depan balaikota. Pada suatu hari, seusai pulang sekolah, aku melihat ada aksi demonstrasi mahasiswa di balaikota. Sambil membawa bendera organisasinya, mereka meneriakan tuntutan mereka. Jujur saja, aku kurang simpati, bahkan aku merasa terganggu. Dengan suara keras mereka berteriak – teriak, bahkan ada pula yang menghujat tokoh tertentu. Itukah gambaran mahasiswa, pikirku. Kelak ketika menjadi mahasiswa aku takkan seperti mereka, janjiku dalam hati.
Setelah lulus SMU, aku diterima di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik salah satu Universitas di Semarang.. Kadang aku sering tertawa sendiri, bagaimana mungkin aku yang tidak suka dengan politik masuk ke fakultas yang mempelajari politik. Di kampus aku mulai belajar tentang dunia jurnalistik dan tulis menulis. Inilah jalan yang akan aku pilih kelak, pikirku. Menjadi demonstran tidak harus turun ke jalan, kita bisa menyampaikan aspirasi melalui tulisan.
Aku pun mulai suka menulis. Beberapa tulisanku mulai sering dimuat di media, mulai dari surat pembaca, sampai artikel ilmiah. Bahkan tidak jarang kawan – kawanku di kampus mengajak berdiskusi setelah membaca tulisanku. Tapi aku juga mulai mempunyai musuh, tentu saja orang – orang atau kelompok yang tidak suka dengan tulisanku. Tidak jarang mereka adalah kawan – kawanku sendiri di kampus. Tapi aku tak peduli. Lebih baik aku diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan, kata Gie.
*******************
Wahyu membaca tulisan milik Putra. Putra Baruna, sahabatnya, saat ini sedang berada di rumah sakit. Sudah tiga hari ia mengalami koma, akibat kecelakaan lalu lintas. Dalam perjalanan pulang dari kampus ia ditabrak oleh sebuah mobil. Dan si pelaku rupanya juga tidak bertanggungjawab, ia melarikan diri setelah menabrak Putra.
Wahyu mengacungkan beberapa lembar loose leaf itu kepada Lina. Dari Linalah Wahyu mendapatkan tulisan Putra itu.
”Darimana kamu mendapatkan ini,” tanya Wahyu.
”Di dalam binder Putra,” jawab Lina.
Wahyu melanjutkan membaca.
*******************
Aku sering tidak habis pikir dengan kehidupan politik di kampusku sendiri. Di sini, di kampus, seharusnya kita mempelajari kehidupan politik yang baik, sesuai dengan idealisme kita sebagai mahasiswa. Tapi pada kenyataannya, kehidupan politik mahasiswa di kampusku tidak jauh berbeda dengan politik praktis di pemerintahan sana. Ada kawan, ada lawan, black champaigne, curi start kampanye, penggelembungan suara, bahkan tidak jarang konflik yang mulai menjurus ke arah kontak fisik.Oh man, bagaimana mungkin negara ini bisa maju kalau calon – calon politikus di kampus yang penuh idealisme sudah menerapkan politik kotor!
Pernah suatu kali aku menulis suatu artikel di media. Mengkritisi tentang kehidupan politik di kampusku itu. Salah satu yang aku angkat adalah peran senat mahasiswa. Dalam pemilihan, mereka mengatasnamakan jurusan atau program studi. Tapi setelah mereka terpilih, aku tidak pernah melihat mereka memperjuangkan kepentingan mahasiswa dari jurusan mereka. Bahkan, anggota senat dari jurusan yang sama tidak pernah berkoordinasi untuk memperjuangkan kepentingan konstituen mereka. Yang kulihat, mereka sibuk memperjuangkan kepentingan organisasi mereka masing – masing, yang notabene tidak ada dalam struktur intra kampus.
Dan tebak apa yang terjadi. Aku mulai dimusuhi oleh para politikus – politikus kampus itu, tak terkecuali para anggota senat mahasiswa. Hingga pernah aku diundang dalam suatu sidang senat untuk mempertanggungjawabkan tulisanku itu. Lucunya, tidak semua anggota senat hadir. Bahkan dalam pengamatanku yang hadir saat itu didominasi oleh anggota – anggota senat dari satu organisasi.
Aku pernah bertanya pada diriku sendiri. Bisakah anggota senat mahasiswa itu di-recall seperti halnya anggota legislatif di pemerintahan? Kalau memang bisa, lalu siapa yang berhak melakukan itu? Apakah dari mahasiswa langsung, atau dari Himpunan Mahasiswa? Sayangnya aku belum bisa menemukan jawabannya secara pasti. Seharusnya, karena mereka dipilih oleh mahasiswa, sebagai konstituen, mahasiswa bisa me-recall anggota senat yang dipandang tidak representatif dengan kepentingan mereka.
Tapi aku tidak sendiri. Tidak lama setelah insiden sidang senat itu aku diundang untuk menghadiri rapat Himpunan Mahasiswa Jurusanku. Mereka meminta pendapatku lebih lanjut tentang artikelku. Hingga dalam rapat diputuskan akan mengundang anggota senat dari jurusanku. Sayangnya rencana itu tidak berjalan lancar. Para anggota senat dengan didukung organisasi mereka, tidak setuju dengan rencana itu. Apalagi dengan adanya wacana, bahwa Himpunan Mahasiswa akan me-recall beberapa anggota senat yang tidak representatif dengan kepentingan jurusan. Mereka berpendapat, Himpunan Mahasiswa tidak berhak mengundang anggota senat, apalagi me-recall anggota senat. Tidak ada dasar yang kuat untuk itu, kata mereka. Sedangkan Himpunan Mahasiswa, sebagai konstituen merasa berhak untuk itu.
Permasalahan ini tidak ketemu jalan tengahnya. Bahkan konflik semakin meluas di kalangan mahasiswa. Pihak Dekanat sendiri berkesan masa bodoh. Menurut mereka mahasiswa sudah dewasa, sudah dapat menyelesaikan permasalahan sendiri. Lain halnya dengan pihak jurusan. Mereka masih berusaha untuk membantu meredakan konflik. Bahkan dengan difasilitasi Ketua Jurusan, kubu – kubu yang berseteru berusaha dipertemukan. Tetapi konflik semakin berlarut – larut. Di kampus sendiri kondisi sudah semakin panas. Setidaknya ada dua kubu yang berseteru saat itu. Pertama adalah Himpunan Mahasiswa didukung oleh mahasiswa – mahasiswa yang setuju dengan pemikiran mereka. Yang kedua adalah anggota senat yang didukung oleh organisasi mereka. Bahkan mahasiswa dari jurusan lain yang satu organisasi dengan mereka ikut pula mendukung.
*******************
”Aku nggak nyangka, apa yang dimulai Putra akan menjadi berlarut – larut seperti ini,” kata Lina.
”Ya, siapa yang nyangka. Kurasa nggak seorang pun,” sahut Wahyu.
“Bahkan dosen – dosen dibuat angkat tangan, nggak bisa apa – apa,“ tambah Wahyu.
Wahyu dan Lina sendiri adalah pengurus Himpunan Mahasiswa. Masih jelas di ingatan mereka, bagaimana situasi saat itu. Himpunan Mahasiswa menerima dengan baik keterlibatan dosen dalam menengahi konflik, tetapi anggota senat menolak dengan tegas. Permasalahan di lingkungan mahasiswa harus diselesaikan sendiri oleh mahasiswa, dosen hanya mengurusi permasalahan akademik, alasan mereka.
”Memang akhirnya dekanat turun tangan, setelah didesak oleh dosen – dosen jurusan kita. Tapi kayaknya keputusan yang diambil nggak pas deh,” kata Lina.
”Membekukan senat memang bukan keputusan yang terbaik. Tapi mau gimana lagi. Keputusan dekanat udah bulat. Walau diprotes sama anggota – anggota senat, toh jalan juga,”kata Wahyu.
”Tapi hasilnya... lihat beberapa temen kita dapet teror. Jelas teror itu berasal dari kelompok – kelompok yang mendukung senat. Bahkan Putra sendiri oleh mereka dianggap sebagai provokator dari kejadian ini semua,” kata Lina.
”Ya. Dan sekarang Putra kecelakaan,” kata Wahyu pelan.
”Kepikir nggak... jangan – jangan kecelakaan Putra itu rekayasa mereka,” kata Lina.
”Jangan berspekulasi lah. Toh kasus kecelakaannya Putra kan udah ditangani polisi. Yuk sekarang kita ke rumah sakit. Mudah – mudahan Putra udah sadar,” ajak Wahyu.
Mereka diam membisu dalam perjalanan ke rumah sakit. Putra adalah sahabat mereka. Sekalipun bukan pengurus Himpunan Mahasiswa, Putra sering memberi masukan kepada mereka tentang kegiatan – kegiatan Himpunan Mahasiswa. Sesampainya di rumah sakit, mereka bertemu dengan ayah dan kakak Putra. Ibu Putra telah meninggal ketika Putra kelas II SMU.
”Bagaimana keadaan Putra ?” tanya Lina kepada kakak putra.
”Belum ada perkembangan yang berarti. Tadi ada polisi datang ke sini. Katanya informasi tentang penabrak Putra tidak sesuai. Ternyata nomor polisi mobil si pelaku palsu,” jawab kakak Putra.
”Mungkinkah ada faktor kesengajaan dalam kecelakaan Putra?” tanya Wahyu.
”Polisi juga sudah menduga ke arah itu,” jawab kakak Putra.
*******************
Seperti prajurit mati di medan perang,
Seperti ksatria gugur di medan laga,
Akupun ingin mati untuk apa yang aku perjuangkan.
Bait puisi karangan Putra itu akan selalu diingat oleh Wahyu dan Lina. Saat ini mereka sedang bertakziah ke makam Putra. Putra Baruna, sahabat mereka telah tiada. Setelah empat hari koma, nyawa Putra tak tertolong. Pendarahan di kepalanya, mengakibatkannya meninggal. Dan pelaku penabrak Putra tetap saja tidak terungkap.