Sabtu, 11 April 2009

OPINION ; Kemenangan Demokrat, Indikasi Rakyat Percaya SBY

Penghitungan suara Pemilu Legislatif 2009 belum usai, tapi rupanya pemenangnya sudah bisa ditebak. Berdasarkan hasil quick count berbagai lembaga, begitu pula dengan penghitungan suara sementara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menempatkan Partai Demokrat sebagai pemenang. Biasanya hasil quick count dan hasil sementara sedikit banyak sudah menggambarkan hasil dari pemilu.
Apakah arti kemenangan Partai Demokrat? Menurut saya kemenangan Partai Demokrat adalah indikasi bahwa rakyat percaya dan mengakui keberhasilan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mengapa? Pemerintahan SBY berjalan lima tahun dan tidak sedikit partai-partai oposisi mencerca dan menyerang pemrintahan SBY. Pemerintahan SBY tentu tidak sempurna, karena memang tidak ada yang sempurna, dan oposisi sering menyerang kekurangan dan kelemahan SBY, bahkan mengkritik kebijakan-kebijakannya.
Tetapi ternyata, pada Pemilu Legislatif 2009 ini, partai milik SBY itu bisa memenangi pemilu. Satu hal yang mengejutkan, meski sebuah lembaga survey sudah memprediksinya. Hal ini menunjukkan, meskipun partai oposisi berkampanye dengan wacana menyerang dan mengkritik pemerintahan SBY, tetapi partai pendukung SBY justru menang.
Seperti kita ketahui, pada kampanye lalu, SBY dan Partai Demokrat berkampanye tentang keberhasilan pemerintahannya. BLT, swasembada beras, pemberantasan korupsi, dan penurunan harga BBM selalu menjadi tema kampanyenya. Sementara itu, oposisi dan pesaingnya seperti PDIP dan Gerindra selalu mengusung tema kegagalan dan kesalahan SBY, serta mengkritik keberhasilan SBY.
Keberhasilan Partai Demokrat menunjukkan, rakyat lebih percaya pada kampanye Partai Demokrat daripada kampanye PDIP, Gerindra atau Golkar. Hal ini juga menunjukkan, rakyat percaya dan mengakui keberhasilan pemerintahan SBY dan mayoritas rakyat masih menghendaki SBY kembali memimpin untuk kedua kalinya. Permasalahannya, setelah hasil Pemilu Legislatif diumumkan nanti, bagaimanakah koalisi yang terbentuk antar partai.
Saya mencoba membuat analisis, berdasarkan hasil penghitungan suara sementara, Partai Demokrat menduduki peringkat pertama dengan suara berkisar 20 persen, disusul PDIP (14 persen), Golkar (14 persen), PKS (8 persen), PAN (7 persen), PKB (6 persen), PPP (5 persen), Gerindra (4 persen) , Hanura (3 persen), dan PKPB (1 persen). Sudah jelas Partai Demokrat akan menjadi mayoritas di parlemen. Untuk lebih mengukuhkan kekuatan di parlemen, tentu Partai Demokrat perlu menjalin koalisi dengan partai-partai lain, setidaknya yang termasuk dalam lima besar, yaitu PDIP, Golkar, PKS atau PAN.
Koalisi antara Partai Demokrat dan PDIP, bila melihat sejarah konflik kedua partai itu, rasanya tidak mungkin terjadi. Terlebih Partai Demokrat sebagai pemenang tetap akan mengusung SBY sebagai calon presiden (capres) dalam Pemilu Presiden mendatang. PDIP sebagai urutan kedua tetap akan mengusung Megawati sebagai capres dengan menggandeng partai lain agar memenuhi suara 20 persen sebagai syarat mengajukan capres.
Koalisi antara Partai Demokrat dengan Golkar. Bisa terjadi bisa juga tidak. Bila melihat perkembangan terakhir menjelang Pemilu Legislatif, kedua partai tidak begitu baik hubungannya. Saya merasa kondisi itu dipicu oleh sikap Golkar. Sebagai partai pemenang Pemilu 2004, Golkar merasa akan meraih suara terbanyak lagi pada Pemilu 2009. Oleh karena itu, di internal Golkar terbentuk wacana Golkar akan mengusung capres sendiri dan tidak menginginkan lagi posisi wapres. Tetapi melihat perkembangan saat ini, Golkar hanya menempati posisi ketiga dengan 14 persen suara, Golkar tidak mungkin mengusung capres sendiri tanpa koalisi dengan partai lain. Bila Golkar tetap bersikukuh menghendaki posisi presiden dan tidak mau posisi wakil presiden (wapres), koalisi Partai Demokrat dan Golkar tidak akan tercapai.
Koalisi antara Partai Demokrat dan PKS justru sangat mungkin terjadi. Perkembangan terakhir menjelang Pemilu Legislatif, kedua partai cukup mesra. Sebagai partai posisi keempat dengan 8 persen suara, sedikit mustahil PKS bisa mengusung capres. Tetapi dalam kampamyenya, PKS tidak terlalu berambisi terhadap posisi presiden. Ambisi PKS hanya menempatkan kader terbaiknya, yaitu Hidayat Nurwahid, sebagai pemimpin nasional, entah presiden atau wapres. DPW PKS Jateng sendiri menyatakan, bila koalisi DPW PKS Jateng menghendaki Hidayat Nurwahid mendampingi SBY sebagai wapres.
Koalisi Partai Demokrat dengan PAN juga memungkinkan terjadi. Dalam perkembangan terakhir sebelum Pemilu Legislatif, PAN tidak terlalu berambisi menduduki posisi presiden. Tetapi dalam kampanyenya nampaknya menghendaki kadernya berada di jajaran eksekutif. Jadi melihat perolehan suara sementara, mungkin PAN akan lebih memilih Partai Demokrat sebagai rekan koalisi.
Melihat pemetaan tersebut, bisa jadi akan tercipta koalisi antara Partai Demokrat dengan PKS, dan mungkin ditambah PAN. Bisa jadi Golkar juga akan bergabung dengan koalisi ini. Bila keempat partai ini berkoalisi akan membentuk kekuatan yang cukup besar di parlemen. Tetapi permasalahannya, bila empat partai berkoalisi, siapakah yang akan mendampingi SBY sebagai wapres? Golkar nampaknya akan mengusung Jusuf Kalla dan PKS mengusung Hidayat Nurwahid. Tentu perlu kompromi keempat partai untuk menentukan posisi pemimpin nasional.
Sebagai pesaing, PDIP akan menggandeng partai lain untuk menguatkan posisi Megawati sebagai capres maupun membangun kekuatan di parlemen. Perlu diwaspadai, bisa saja PDIP berkoalisi dengan Golkar untuk bersaing dengan SBY. Permasalahannya, siapa yang akan menjadi capres dan cawapres perlu kompromi lebih jauh antara kedua partai.
Yang jelas, hasil Pemilu Legislatif 2009 ini akan menciptakan dua kubu koalisi. Yang pertama kubu Partai Demokrat dan kubu PDIP. Golkar rasanya tidak mungkin membangun koalisi sendiri di luar kedua partai tersebut. Perlu menjadi pertimbangan bagi Golkar akan bergabung dengan pihak yang mana. Tetapi melihat perkembangan terakhir menjelang Pemilu Legislatif bisa jadi Golkar akan bergabung dengan kubu PDIP. Tetapi bisa juga melihat perolehan suara Golkar yang merosot dan suara Partai Demokrat yang meningkat bahkan menjadi pemenang, koalisi antara Partai Demokrat dan Golkar dibangun kembali.
Harapan saya, apa pun atau bagaimana pun koalisi yang dibangun, para pemimpin baik eksekutif maupun legislatif, berjuang untuk kepentingan rakyat bukan kepentingan golongannya atau pribadi saja.

Tidak ada komentar: