Jumat, 24 April 2009

NEWS : LANGKAH GOLKAR JELANG PILPRES Amiruddin : Golkar Kehilangan Orientasi

Kepala Badan Riset dan Data Masyarakat-PWI Pemantau Pemilu (Mapilu-PWI) Pusat Amiruddin MSi menilai, Partai Golkar sebagai partai besar mulai kehilangan orientasi untuk mengatur strategi menghadapi Pemilu Presiden (Pilpres) 2009. Perkembangan politik dan konflik internal Golkar menunjukkan ketidakmatangan dalam menyusun strategi pasca Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 guna menghadapi Pilpres 2009.
Amiruddin menyampaikan hal tersebut di Semarang, Sabtu (25/4) terkait langkah DPP Golkar memutuskan koalisi dengan Partai Demokrat (PD) dan mengusung Jusuf Kalla (JK) sebagai calon presiden (capres) serta memberikan wewenang penuh kepada JK untuk menjalin komunikasi politik dengan partai lain.
Menurut Amiruddin, otoritas JK mulai menurun, ditandai polemik yang muncul dari sejumlah DPD II Golkar untuk tetap koalisi dengan PD dan mengajukan cawapres selain JK. “Polemik tersebut muncul akibat adanya disorientasi dan inkonsistensi yang ditunjukkan JK, terutama sikapnya menjelang dan pasca Pileg 2009,” kata Amiruddin.
Disorientasi dan inkonsistensi tersebut, tambah Amiruddin, ditunjukkan dengan perbedaan sikap JK sebelum dan pasca pileg. Sebelum pileg, kampanye JK menyatakan siap menjadi capres, padahal JK masih bagian dari pemerintahan. Setelah kalah dalam pileg, JK menyatakan keinginannya untuk kembali berduet dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun ketika ada isyarat SBY bersedia koalisi dengan Golkar, dengan syarat cawapres bukan JK, dia kembali berniat menjadi capres.
Menurut Amiruddin, strategi yang tepat bagi Golkar saat ini adalah konsisten mengusung capres sendiri. Meski peluang untuk menang kecil, hal tersebut akan melahirkan tiga kubu yang bersaing dalam pilpres, dan akan memunculkan dinamika politik yang menarik.
Terkait dengan wacana koalisi Golkar-PDIP, Amiruddin yang juga dosen FISIP Undip Semarang menilai, kecil kemungkinan kedua partai berkoalisi. “Meski sama-sama partai nasionalis, tetapi koalisi tidak akan terjadi bila kedua partai tetap ngotot menginginkan posisi capres. Posisi capres dan cawapres bisa jadi ditentukan perolehan suara kedua partai pada Pileg 2009 lalu,” tutur Amiruddin.
Tetapi, Amiruddin menambahkan, bisa jadi Golkar-PDIP bergabung pada pilpres putaran II. Pasangan yang kalah di putaran I kemungkinan akan mendukung pasangan yang lolos putaran II, sehingga perolehan suaranya meningkat.
Ketika ditanya siapa yang lebih berpeluang maju ke putaran II, JK atau Megawati, Amiruddin menilai Megawati lebih berpeluang karena adanya dukungan dari partai-partai lain. “Megawati akan lebih berpeluang maju ke putaran II, karena pemimpin-pemimpin partai dengan latar belakang militer yang konservatif (Gerindra dan Hanura) kemungkinan akan mendukung Megawati,” kata Amiruddin.
Apabila Golkar kalah pada Pilpres 2009 mendatang, Amiruddin memprediksi DPD I dan II tentu akan meminta pertanggungjawaban kepada DPP. Hal tersebut kemungkinan akan diikuti penggantian posisi ketua umum dan restrukturisasi internal Golkar, serta perubahan sikap Golkar dalam pemerintahan yang lebih oposan.
“Figur-figur berpengaruh yang tersingkir dari restrukturisasi tersebut tidak menutup kemungkinan akan mendirikan partai sempalan dari Golkar, seperti halnya Prabowo Subianto dan Wiranto yang mendirikan partai pasca Pemilu 2004,” tutup Amiruddin.

Tidak ada komentar: