Selasa, 01 Maret 2016

KEHIDUPAN BARU EKS WARGA KALIJODO DI MARUNDA Oleh Dewanto Samodro

Jakarta, 29/2 (Antara) - Belasan anak asyik bermain sepak bola di sebuah lapangan berplester di kompleks Rumah Susun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (26/2).

Wajah mereka terlihat cerah, riang dan gembira seolah tidak ada beban, meskipun baru pindah ke hunian baru di Rumah Susun Marunda dari kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara.

"Anak-anak masih polos. Mereka tidak akan berbohong. Kalau mereka terlihat senang, berarti mereka memang senang di sini," kata Ketua RW 010 Kelurahan Marunda Nasrullah Dompas.

Nasrullah mengatakan warga pindahan dari Kalijodo akan dipusatkan di Gedung A-11. Di gedung tersebut terdapat 80 unit hunian. Setelah gedung A-11 penuh, baru warga pindahan dari Kalijodo disalurkan ke gedung-gedung lainnya.

"Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan 265 unit hunian untuk menampung warga pindahan dari kawasan Kalijodo," ujarnya.

Nasrullah mengatakan penempatan warga baru di Rumah Susun Marunda ditentukan dengan sistem undian. Karena itu, warga tidak bisa memilih unit hunian semau mereka sendiri.

Karena menggunakan sistem undian, maka wajar bila kemudian ada warga yang memilih mengembalikan kunci dan tidak mau tinggal di Rumah Susun Marunda. Menurut Nasrullah, bila itu yang dipilih maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak akan memberikan pengganti apa pun.

Dia kemudian mencontohkan salah satu warga pindahan dari Kalijodo yang mengembalikan kunci karena enggan menempati unit hunian yang terletak di lantai IV.

"Kalau tidak mau, mereka harus mencari sendiri tempat tinggal lain atau lebih baik pulang ke kampung halaman," ujarnya.

Dengan lengkapnya fasilitas yang ada di Rumah Susun Marunda, Nasrullah mengatakan tidak banyak keluhan dari warga pindahan Kalijodo.

"Biasanya yang lebih mereka keluhkan adalah bagaimana mereka bisa bekerja. Sebelumnya mereka berdagang dan sekarang masih bingung bisa berjualan di mana," kata Nasrullah.

Namun, dia mengatakan warga pindahan dari Kalijodo bisa berjualan di lingkungan Rumah Susun Marunda, sebagaimana penghuni-penghuni sebelumnya.

"Penghuni diperbolehkan berjualan di bagian bawah bangunan rumah susun," jelasnya.

Bagian bawah bangunan rumah susun memang berupa area kosong yang dimanfaatkan beberapa penghuni untuk berdagang. Barang-barang dagangan yang dijual biasanya makanan dan minuman.

Nasrullah mengatakan penghuni yang berjualan di bagian bawah bangunan rumah susun tidak dikenai biaya maupun retribusi. Namun, dia berharap penghuni yang berjualan bisa menjaga kebersihan dan ketertiban.

"Selain itu juga ada rumah toko yang bisa disewa oleh penghuni. Bila berminat mereka bisa menyewa dengan pengundian tempat sebelumnya," tuturnya.



Tujuan Relokasi

Menurut Nasrullah penghuni Rumah Susun mayoritas adalah warga relokasi dari berbagai tempat di Jakarta antara lain Muara Baru, Pluit, Penjaringan, Pinangsia, Pademangan dan Mangga Besar.

Harga sewa unit hunian di rumah susun tersebut berkisar Rp130 ribu hingga Rp160 ribu bergantung lokasi lantai. Penghuni menempati unit hunian tipe 36 yang terdiri atas ruang tengah, dua kamar tidur, satu kamar mandi dan WC, wastafel cuci piring dan area menjemur pakaian.

Kawasan Rumah Susun Marunda terdiri atas tiga kelompok gedung. Kelompok A terdiri atas 11 gedung, kelompok B 10 gedung dan kelompok C lima gedung.

Kelompok B merupakan kelompok percontohan yang menjadi lokasi pemindahan warga dari Waduk Pluit beberapa waktu sebelumnya.

Nasrullah mengatakan fasilitas di Rumah Susun Marunda cukup lengkap. Pasokan air bersih dari PDAM dan listrik dari PLN mengalir lancar. Di sekitar rumah susun juga terdapat beberapa sekolah yang bisa menjadi tujuan anak-anak penghuni untuk bersekolah.

"Ada bus sekolah gratis yang akan mengantar anak-anak penghuni Rumah Susun Marunda ke sekolah. Juga ada bus penghubung TransJakarta gratis menuju Tanjung Priok," jelasnya.

Karena itu, anak-anak warga pindahan dari Kalijodo bisa segera bersekolah di tempat terdekat. Setelah memasuki unit hunian di Rumah Susun Marunda, mereka bisa langsung mendaftar sekolah melalui posko yang disediakan.

"Salah satu posko pelayanan warga relokasi Kalijodo di Rumah Susun Marunda adalah pendaftaran sekolah. Hari ini didata, besok bisa langsung bersekolah," katanya.

Nasrullah mengatakan anak-anak warga relokasi Kalijodo bisa bersekolah mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA/SMK.

"Kecamatan Cilincing membuka posko pendaftaran sekolah bagi anak-anak warga relokasi Kalijodo sejak 22 Februari hingga 5 Maret. Untuk PAUD di lingkungan Rumah Susun Marunda baru diresmikan hari ini dengan nama PAUD Tunas Indonesia di blok Hiu," katanya.

Selain PAUD Tunas Indonesia, terdapat beberapa sekolah negeri yang berada di sekitar Rumah Susun Marunda yang bisa menjadi tujuan anak-anak warga relokasi Kalijodo bersekolah.

Sekolah-sekolah tersebut antara lain SDN Marunda 02 Pagi, SMPN 266, SMPN 162, SMPN 143, SMPN 200, SMPN 231, SMAN 73, SMAN 114, SMAN 115, SMAN 92, SMAN 52, SMKN 4, SMKN 49 dan SMKN 36.



Bingung Berbelanja

Warga pindahan dari kawasan Kalijodo, Jakarta Utara yang menempati hunian baru di Rumah Susun Marunda merasa bingung harus belanja di mana untuk dagangannya.

"Kalau dulu di Kalijodo, mau belanja di agen dekat. Juga ada pedagang keliling yang menjadi langganan saya berbelanja," kata salah satu warga, Jirah (51).

Saat di Kalijodo, Jirah berjualan barang kelontong seperti kopi, gula, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Kerap kali, dagangannya seperti buah-buahan dibeli di pedagang keliling lalu dijual kembali secara satuan.

Rencananya, dia akan kembali berjualan di Rumah Susun Maruna, di unit yang dia tempati. Penghuni Rumah Susun Marunda diperbolehkan berjualan di dalam unit hunian asalkan tidak mengganggu lalu lalang orang.

"Katanya diperbolehkan jualan kalau di dalam. Tidak boleh kalau sampai di lorong depan karena bisa mengganggu aktivitas penghuni," kata ibu beranak dua itu.

Jirah mengatakan cukup bersyukur bisa mendapatkan hunian baru di Rumah Susun Marunda. Saat ditanya apakah ada keluhan terkait fasilitas di rumah susun, dia menjawab tidak ada.

"Tidak ada keluhan. Tempatnya cukup luas, lebih luas daripada saat saya masih di Kalijodo. Selain itu, airnya juga bersih," tuturnya.

Menurut Jirah, ketika Kalijodo akan ditertibkan, dia sebenarnya memilih untuk pulang kampung di Sragen. Namun, suami dan dua anaknya melarang karena ingin bisa berdekatan dengannya.

"Suami dan anak laki-laki saya bekerja di Jakarta. Biasanya seminggu sekali berkumpul. Kalau anak perempuan saya sudah berkeluarga dan ikut pindah ke Rumah Susun Marunda," jelasnya.

Sebenarnya Jirah sudah dilarang berjualan oleh suami dan anak-anaknya. Namun, dia tidak mau bila di tinggal di Jakarta tanpa ada aktivitas.

Ketua RW 010 Kelurahan Marunda Nasrullah Dompas mengatakan di lingkungan Rumah Susun Marunda ada salah satu toko yang berjualan secara grosir.

"Biasanya kalau ada warga yang berdagang, belanja di toko itu. Harganya grosir sehingga bisa dijual kembali," kata Nasrullah.

Nasrullah mengatakan merupakan hal yang wajar bisa seseorang perlu beradaptasi terlebih dulu saat menempati lingkungan dan hunian baru. Karena itu, dia menganggap keluhan warga pindahan dari Kalijodo merupakan bagian dari adaptasi.

"Setelah mereka bisa beradaptasi, pasti segalanya akan lebih mudah bagi mereka," ujarnya. ***4***

(Disiarkan LKBN Antara pada Senin, 29 Februari 2016 pukul 09:07 WIB)

Tidak ada komentar: