Rabu, 05 Agustus 2009

NEWS: KEMESRAAN SBY-KIEMAS HAL BIASA Yulianto: PDIP Harus Tinggalkan Politik Keturunan

Kemesraan yang ditunjukkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Taufik Kiemas bisa dimaknai positif sebagai upaya rekonsiliasi politik antara Partai Demokrat (PD)-PDIP. Namun, hal tersebut juga bisa dimaknai hanya sebagai pertemanan politik yang biasa saja antara keduanya dan wajar bila hal tersebut terjadi.
Pengamat politik Undip Semarang M Yulianto MSi menyampaikan hal tersebut di Semarang, Rabu (5/8).
Terkait dengan kemungkinan rekonsiliasi antara PD-PDIP, Yulianto mengatakan hal tersebut sangat kecil karena perbedaan ideologi antara kedua partai dan sejarah hubungan SBY-Megawati yang tidak baik. Dia juga menyarankan PDIP tetap mengambil posisi sebagai oposisi dalam pemerintahan agar tercipta keseimbangan antara pemerintah dan parlemen.
“Dari awal berdirinya, PDIP sudah mengambil sikap sebagai partai oposisi. Lebih baik hal tersebut diteruskan dalam pemerintahan mendatang,” kata Yulianto.
Yulianto juga menyarankan, PDIP tidak lagi melakukan praktek politik keturunan yang selama ini dilakukan dengan menfigurkan Megawati sebagai keturunan Sukarno. Figur Megawati harus segera digantikan oleh kader-kader lain yang selama ini tenggelam dalam bayang-bayang Megawati.
“Hal tersebut harus dilakukan karena dalam pemilu mendatang Megawati sudah tidak mungkin berkiprah. Bila hal tersebut tidak dilakukan, saya kira kemunduran PDIP tinggal menunggu waktu,” tutur Yulianto.
Kebesaran PDIP selama ini, menurut Yulianto, tidak lepas dari ideologi kerakyatan yang diusung partai sebagai penerus ideologi Sukarno. Ideologi dan citra kerakyatan tersebut membuat PDIP dekat dengan rakyat dan menjadi partainya wong cilik.
“Dengan ideologi tersebut, PDIP memiliki pendukung yang loyal. Hal tersebut juga tidak lepas dari figur Megawati sebagai anak Sukarno. Bila PDIP masih tetap ingin bertahan dengan politik keturunan Sukarno, saya rasa bisa menokohkan anak-anak Sukarno yang lain atau anak Megawati, Puan Maharani,” kata Yulianto.
Anak-anak Sukarno, menurut Yulianto, banyak yang memiliki potensi di bidang politik. Hal tersebut nampak pada Sukmawati dan Rahmawati yang juga terjun ke politik dengan kendaraan partai masing-masing. Sebagai upaya menyelamatkan PDIP sebagai partai besar, keluarga Sukarno harus bersatu dan tidak terpecah-pecah.

SBY All Out
Tentang kabinet yang akan disusun SBY sebagai calon presiden terpilih, Yulianto mengatakan SBY akan all out dalam menyusun kabinet karena perolehan suaranya yang cukup signifikan, apalagi cawapres Boediono yang bukan dari kalangan parpol. Meskipun begitu, Yulianto memprediksi SBY tetap akan lebih mengakomodir kader-kader dari partai pendukungnya agar kebijakan pemerintahannya tidak deadlock di parlemen.
Yulianto juga memprediksi, apa pun keputusan SBY soal kabinet, tidak akan membuat koalisi partai pendukung SBY pecah. Hal tersebut juga terlihat ketika SBY memutuskan mengambil Boediono sebagai cawapres. Partai-partai pendukung SBY seperti PKS dan PKB akan tetap setia dalam koalisi.
“PKB yang dipimpin Muhaimin Iskandar sejak dari awal sudah hidup-mati mendukung SBY, begitu pula PKS. Justru PPP perlu diwaspadai karena menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 lalu sempat terombang-ambing antara mendukung SBY atau tidak,” tutup Yulianto.

Tidak ada komentar: